Pertanyaan diatas mungkin pernah terlintas di pikiran kita semua. Entah sekali, dua kali, tiap minggu atau bahkan setiap hari (mungkin karena kita salah satu ‘orang’nya?). Bagaimana tidak? Di negeri ini hampir semua ‘orang jalanan’ yang menampakkan diri memiliki identitas sebagai muslim. Yang mengemis, yang mengamen, yang mencuri, yang sering berhutang. Ya, hampir semua kalau tidak bisa dikatakan semuanya.
Sebuah pandangan kemudian terbentuk bahwa orang-orang sukses di negri ini adalah mereka orang-orang barat, atau orang-orang cina/tionghoa. Padahal persentase orang muslim jauh lebih besar daripada mereka yang beragama lain. Padahal kita memiliki potensi yang sama, hidup di negara yang sama. Lantas, apa yang salah dengan kita?
ternyata inilah kelemahan yang kita hadapi sekarang, kawan :
Sebuah pandangan kemudian terbentuk bahwa orang-orang sukses di negri ini adalah mereka orang-orang barat, atau orang-orang cina/tionghoa. Padahal persentase orang muslim jauh lebih besar daripada mereka yang beragama lain. Padahal kita memiliki potensi yang sama, hidup di negara yang sama. Lantas, apa yang salah dengan kita?
ternyata inilah kelemahan yang kita hadapi sekarang, kawan :
1. Kebodohan
Kebanyakan masyarakat muslim bersikap kaku dan statis karena tidak mau belajar dan mempelajari keadaan sekitarnya. Kehidupan rutinitas yang dijalani pun mungkin kita lupa apa tujuannya. Sekolah hanya kejar nilai, bekerja hanya kejar setoran, ikut-ikutan trend tanpa tahu baik buruknya.
Salah satu contohnya adalah budaya mencontek yang semakin ‘in’ di masyarakat. Setiap hari hadir di sekolah, tapi semua nilai ujian adalah hasil contekan. Capek iya, bodoh iya, dosa iya, tapi suksesnya tidak.
Salah satu contohnya adalah budaya mencontek yang semakin ‘in’ di masyarakat. Setiap hari hadir di sekolah, tapi semua nilai ujian adalah hasil contekan. Capek iya, bodoh iya, dosa iya, tapi suksesnya tidak.
Atau bisa juga karena malas membaca. Yang dibaca setiap harinya adalah tabloid gossip. Mengurusi masalah orang lain, padahal tak ada pengaruhnya pada masa depan kita. Dalam suatu seminar, helvy tiana rossa (penulis buku-buku islami), menyatakan bahwa idealnya seorang muslim yang cerdas harus membaca minimal 5 buku setiap minggunya diluar Al-qur’an. Diantaranya buku tentang Islam, buku tentang minat kita, buku tentang hal yang tidak kita minati, dan buku yang membahas permasalahan masa kini.
Orang yang bodoh akan menjadi orang yang sok tahu karena ke-tidak-tahuannya. Orang yang sok tahu kemudian dijauhi orang-orang karena sikapnya. Sedangkan orang yang tahu bahwa ia tidak banyak tahu tentang sesuatu akan berusaha menambah pengetahuannya. Orang yang menambah pengetahuan kemudian akan menjadi orang yang cerdas dan banyak tahu. Orang yang banyak tahu disenangi orang-orang karena kecerdasannya.
2. Kemiskinan
Tahu kenapa banyak orang tionghoa yang kaya dan sukses dalam usahanya? Karena mereka gigih! Saudagar-saudagar Islam dulu pun begitu. Namun ternyata tak banyak orang yang mengikuti kegigihan tersebut. Kita terlalu minim inisiatif, tidak kreatif dan inovatif. Salah satu penyebab kemiskinan adalah kurangnya jiwa wirausaha yang tumbuh dalam diri kita dan kurangnya motivasi untuk mengubah keadaan diri sendiri.
Padahal Rasulullah adalah contoh seorang saudagar yang handal. Begitu juga sahabat-sahabatnya. Contohnya salah satu sahabat yang ikut hijrah bersama nabi. Ia menolak dengan halus harta dan istri yang diberikan secara Cuma-Cuma, dan lebih memilih mengetahui dimana letak pasar. Buat apa? Ya buat usaha pastinya. J inisiatif lah, usaha yang banyak, berdoa yang banyak, sedekah yang rajin.
Bukan hanya di Indonesia, tapi di berbagai belahan dunia lain kaum muslimin mengalami hal serupa. Keterpecah belahan karena kebiasaan berprasangka buruk pada orang lain, sehingga umat Islam mudah untuk diadu domba. Karena itulah kita sulit untuk sukses. Kita masih memiliki kecenderungan untuk menjatuhkan satu sama lain. Padahal ketika umat muslim bersatu akan banyak hal-hal yang sulit lebih mudah untuk dihadapi. Akan banyak saudara seiman yang saling menjaga dan membantu.
4. Kebiasaan Mengeluh
Ada dua orang anak yang diberi tugas yang sama oleh gurunya. Tugasnya lumayan banyak dan waktu pengumpulannya esok hari. Anak pertama langsung menggerutu begitu diberi tugas. Setiap tugasnya dicaci maki, gurunya juga ia cibir, setiap orang ia beritahu betapa berat tugasnya tersebut. sementara anak pertama sibuk mengeluhkan keadaannya, anak kedua sudah mulai mengerjakan tugasnya. Akhirnya, beberapa jam kemudian anak pertama berhenti mengeluh karena capek. Tapi ia belum juga mulai bekerja. Ia terlalu capek untuk bekerja. Pikirannya jadi jenuh, emosinya jadi buruk, hatinya jadi tidak lapang. Sementara itu, anak kedua sudah hampir menyelesaikan semua tugasnya. Hari sudah semakin sore dan dua anak tersebut kemudian pulang. Malam harinya, anak pertama susah payah begadang demi mengerjakan tugas, padahal ia bisa melakukannya tadi dengan anak kedua yang mungkin sedang istirahat malam itu.
Esok harinya, mereka berdua sama-sama mengumpulkan tugas. Anak pertama dengan tergesa-gesa dan hasil seadanya, kepala pusing karena begadang, hati sebal karena kebanyakan mengeluh, akhirnya mencontek sana-sini, dan anak kedua mengumpulkan tugas yang rapi dan lebih baik.
Kemudian, hari itu sang guru memberi tugas baru. Anak pertama mulai lagi mengeluh sepanjang hari. Tugas-tugasnya masih banyak yang belum selesai. Sekarang bertambah lagi. Kira-kira yang mana yang akan lebih cepat sukses? :)
“Tidak akan sukses orang yang banyak mengeluh, dan orang yang sukses tidak pernah mengeluh”
Esok harinya, mereka berdua sama-sama mengumpulkan tugas. Anak pertama dengan tergesa-gesa dan hasil seadanya, kepala pusing karena begadang, hati sebal karena kebanyakan mengeluh, akhirnya mencontek sana-sini, dan anak kedua mengumpulkan tugas yang rapi dan lebih baik.
Kemudian, hari itu sang guru memberi tugas baru. Anak pertama mulai lagi mengeluh sepanjang hari. Tugas-tugasnya masih banyak yang belum selesai. Sekarang bertambah lagi. Kira-kira yang mana yang akan lebih cepat sukses? :)
“Tidak akan sukses orang yang banyak mengeluh, dan orang yang sukses tidak pernah mengeluh”
keren deh postingannya!! semangat ya rohisnya semoga tambah sukses!! apakah anak smanti (yang muslim) lainnya membaca postingan ini? kalo perlu baca deh ,biar bisa jadi umat islam yang ngerti tentang bagaimana cara kita memanage waktu untuk elajar untuk ibadah dan lain lain dan bagaimna cara kita mengubah sifat lama kita yang mudah mengeluh dan malas...
BalasHapusjazakallah, kakak. :) aamiin.
Hapushehe, kalau anak smantinya udah baca atau belum sih kita nggak tau, kak. tapi kita udah nge-share dan biasanya tiap kali update posting selalu di infoin di FB. semoga banyak yang baca~ Boleh di-share juga kok buat umum. Biar manfaatnya buat bersama. :)
oh, iya kak, kalau ada waktu, boleh isi survey yang di column kanan. Untuk saran dan kritik. syukron. ^^
Saya non Muslim bro, tapi artikel ini pas banget di baca sama semua orang di Indo, karena kebanyakan karakter orang Indo seperti yg di sebutkan di atas, termasuk saya. Terima kasih untuk artikelnya, bermanfaat sekali. Dan kalau bisa lebih sering update post nya ya bro..salam sukses
BalasHapusSukses bisa diraih kalau kita serius, kerja keras ingin mendapatkan, karena sukses hanya milik orang-orang yang konsisten dan berambisi untuk mendapatkannya.
BalasHapus