Jumat, 16 November 2012

Sabar, Syukur, dan Manusia Bermartabat


Sebagai salah sifat atau akhlak yang terpuji, sabar dan syukur merupakan ajaran yang banyak sekali disinggung dalam ayat maupun hadis Rasulullah saw, sehingga dengan demikian, manusia senantiasa diarahkan untuk tetap bersikap sabar dan syukur dalam segala aspek kehidupannya. Dalam prakteknya, kesabaran yang sebenarnya adalah kemampuan dalam mengendalikan sikap, sehingga bisa dengan ikhlas dan rela hati menerima kondisi yang dihadapinya saat ini demi balasan yang baik di akhirat.

Seseorang yang penyabar pada prakteknya tergambar dalam sikapnya yang rela menunda kesenangan sesaat, demi kebahagiaan abadi dan jangka panjang di akhirat sebagai kesenangan yang jauh lebih tinggi yang disediakan Allah kepada orang-orang yang sabar. Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an :

“Dan sesungguhnya balasan di akhirat itu lebih baik, bagi orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa” (QS.12/Yusuf:57).



Seseorang yang memiliki kesabaran yang tinggi, memiliki ketangguhan menghadapi berbagai cobaan dan tantangan hidup yang menghadangnya. Sebab kesabaran itu merupakan kekuatan dahsyat yang amat besar bagi seseorang yang ingin meraih sukses dalam kehidupan. Hampir seluruh aspek kehidupan membutuhkan kesabaran, dan sikap sabar merupakan salah satu “akhlak Qur’ani” yang paling banyak dibicarakan dalam al-Qur’an. Menurut Imam Al-Ghazali ada 70 kali Al-Qur’an menyebutkannya, menurut Ibnul Qayyim 90 kali, bahkan menurut al-Nadhir 100 kali sikap sabar ini disebut-sebut dalam Al-qur’an. Itu mengindikasikan bahwa sabar merupakan amalan paling utama yang menentukan keberhasilan hidup dan aktivitas manusia.



Islam tidak mengenal batas dalam kesabaran, sebagaimana sering dijadikan alasan oleh sebagian orang untuk melegalkan perbuatannya diluar batas kesabaran. Dalam Islam ditekankan bahwa setiap mukmin harus tetap dalam kesabaran agar dapat meningkatkan kualitas mentalnya.

Adapun bentuk kesabaran yang diajarkan dalam Islam adalah kesabaran progresif dan dinamis, bukan kesabaran yang represif statis yang dapat memandulkan kreatifitas dan aktifitas seseorang itu. Kesabaran yang dinamis itu ditunjukkan dengan sikap pantang menyerah, tangguh dan ulet dalam menghadapi berbagai tantangan dan cobaan hidup. Kesabaran yang dinamis itu harus dimotifasi oleh semangat kerelaan untuk menunda kesenangan sesaat, demi kebahagiaan yang abadi di akhirat. Inilah kesabaran yang nantinya akan membuat seseorang menjadi lebih dekat dengan Tuhannya, sebagaimana al-Qur’an menyebutkan:

“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bersabar”.

Disamping sifat sabar, sikap syukur juga perlu diaplikasikan seseorang dalam hidupnya. Hal ini agar ia menyadari posisinya sebagai makhluk ciptaan Allah yang harus tunduk dan tidak pantas bersikap sombong dan takabbur dihadapanNya. Kesadaran bersyukur dapat melahirkan sikap rendah hati, tawadhu, terbuka dan memiliki sikap peduli kepada sesama. Sehingga membuka peluang bagi diperolehnya rahmat Allah swt, dan membuka peluang bagi diperolehnya kebahagiaan dan nikmat dari Allah, sebagaimana firman Allah swt:

“Jika kamu bersyukur, akan Kutambahkan nikmatKU kepadamu. Akan tetapi jika kamu kufur sesungguhnya azabKU amat pedih” (QS.14/Ibrahim:7)

Dari penjelasan berbagai ayat dan al-Hadist, maka sebenarnya sikap sabar dan syukur jika diamalkan secara dinamis sesuai dengan tuntunan Islam, maka hal tersebut akan mengantar seseorang menjadi hamba Allah yang berpredikat mulia dan bermartabat, serta mendapat lindungan Allah swt. Terkait dengan hal ini, salah satu do’a yang diajarkan Rasulullah saw. adalah sebagai berikut :

“Ya Allah, jadikanlah aku orang yang sabar, dan jadikanlah aku orang yang bersyukur, serta jadikanlah aku di depan pandanganku kecil, dan di depan pandangan manusia bermartabat “.

Melihat dari urutan do’a seperti yang pohonkan oleh Nabi saw. tersebut diatas, mengindikasikan betapa erat kaitannya antara permohonan supaya menjadi hamba yang bersabar, hamba yang bersyukur dan hamba yang bermartabat mulia.

Sebagai penutup khutbah kita kali ini dapatlah kita simpulkan bahwa sabar dan syukur sangat dituntut dalam segala aspek kehidupannya. Sikap sabar ditunjukkan dengan kerelaan hati menerima kondisi yang dihadapinya saat ini demi kepentingan akhirat. Sebab pahala atas kesabaran itu berupa pahala yang bersar yang akan diperoleh di akhirat.

Seorang yang memiliki kesabaran yang tinggi, memiliki ketangguhan menghadapi berbagai cobaan, dan sikap sabar merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan hidup dan aktivitas manusia. Tidak ada batasan dalam kesabaran, karena kesabaran itu dapat menjadikan seseorang lebih dekat dengan Tuhannya.

Bagi mereka yang ingin mendapatkan kemuliaan dan derajat yang tinggi, hendaklah berusaha semaksimal mungkin agar dapat menjalankan kesabaran dan kesyukuran dengan baik, sebab kedua hal tersebut sangat berpengaruh untuk mengangkat harkat dan martabat seseorang menjadi lebih baik.

0 comments:

Posting Komentar