Assalamu'alaikum kawan, gimana kabarnya? Semoga kalian selalu sehat dan berada dalam lindungan Allah SWT. Amin..Kali ini, yuk kita bahas tentang Gerhana Bulan yang akan terjadi malam ini.
Di penghujung tahun 2011, masyarakat Indonesia berkesempatan untuk menikmati gerhana Bulan. Kesempatan untuk berkumpul bersama keluarga dan teman sambil menikmati fenomena alam yang menarik tersebut.
Gerhana Bulan Total (GBT) di akhir tahun 2011 yang juga merupakan peristiwa GBT kedua di tahun 2011 akan berlangsung dari sore hari setelah Matahari terbenam sampai jelang tengah malam. Gerhana terakhir di tahun 2011 ini akan terjadi ketika Bulan sedang berada pada titik turun di timur Rasi Taurus. Saat gerhana, Bulan baru saja melintasi titik terjauhnya dari Bumi yang terjadi tanggal 6 desember 2011 ketika Bulan berada pada jarak 405400 km.
Pada GBT 10 Desember 2011, Bulan akan melintasi area tengah bagian selatan bayangan Bumi. Kali ini Bulan tidak akan melintas tepat di tengah bayangan Bumi seperti halnya GBT 16 Juni 2011. Tapi meskipun demikian fase gerhana total akan berlangsung selama 51 menit.
Tahapan Gerhana
Secara keseluruhan, fasa gerhana total dari GBT tanggal 10 Desember 2011 akan berlangsung selama 51 menit. Waktu kontak antara Bulan dengan Bumi akan dimulai dengan Bulan memasuki bayangan Bumi dengan tahapan waktu :
Waktu shalat gerhanaWaktu shalat gerhana: dari mulai terjadinya gerhana sampai hilang berdasar sabda beliau Sholallahu âAlaihi Wasallam , âApabila kalian melihat (artinya: sesuatu dari peristiwa tersebut), maka shalatlahâ. (Mutafaqqun âAlaih)Dan dalam hadits lainnya , âDan jika kalian melihat yang demikian itu maka sholatlah hingga matahari kelihatanâ. (Diriwayatkan oleh Muslim) Shalat gerhana tidak diqadha setelah hilangnya gerhana tersebut, karena telah hilang waktunya. Jika gerhana telah hilang sebelum mereka mengetahuinya, maka mereka tidak perlu melakukan shalat gerhana.
Tata Cara Shalat Gerhana
Mengerjakan shalat 2 rakaâat dengan mengeraskan bacaan padanya, menurut pendapat yang shahih dari dua pendapat ulama, membaca pada rakaat pertama surat Al Fatihah dan surat yang panjang seperti surat Al Baqarah atau yang seukuran dengannya, kemudian rukuâ dengan rukuâ yang panjang, kemudian mengangkat kepalanya dan membaca:
âsami allahu liman hamidah, rabbana wa lakal hamdâ
Artinya, âMaha mendengar Allah terhadap orang yang memuji-Nya. Wahai Robb kami, bagi Engkaulah segala pujiâ
Setelah iâtidal, melakukan seperti shalat-shalat yang lainnya, kemudian membaca Al Fatihah dan surat yang lebih pendek dari yang pertama seukuran surat Ali âImran, kemudian memanjangkan rukuânya, lebih pendek dari rukuâ yang pertama, kemudian mengangkat kepalanya dan membaca,
â samiâ allahu liman hamidah, rabbana wa lakal hamd, hamdan katsiran thayyiban mubaarakan fiihi, milâas samaaâi wa milâal ardh, wa milâa ma syiâta min syaiâin baâduâ
Artinya,
âMaha mendengar Allah terhadap orang yang memuji-Nya. Wahai Robb kami,bagi Engkaulah segala puji dengan pujian yang banyak, baik dan penuh keberkahan padanya, sepenuh langit, sepenuh bumi dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki dari segala sesuatu sesudahnyaâ.
Kemudian sujud dua kali yang panjang dan tidak memperlama duduk diantara dua sujud, kemudian shalat untuk rakaâat yang kedua seperti yang pertama dengan dua rukuâ dan dua sujud yang panjang, sebagaimana yang dikerjakan para rakaâat yang pertama, kemudian tasyahud dan salam.
Inilah salat gerhana sebagaimana yang dikerjakan oleh Rasulullah Sholallahu âAlaihi Wasallam dan sebagaimana yang diriwayatkan dari beliau tentang hal itu melalaui beberapa jalan, sebagiannya di Ash Shahihain.
Diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah Radhiyallahu âAnha , âMatahari mengalami gerhana pada masa Rasulullah Sholallahu âAlaihi Wasallam, maka beliau berdiri, bertakbir, dan orang-orang berbaris dibelakang beliau. Rasulullah Sholallahu âAlaihi Wasallam membaca bacaan yang panjang lalu beliau rukuâ dengan rukuâ yang lama, kemudian mengangkat kepalanya dan mengucapkan, âSAMIâ ALLAAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANAA WA LAKA AL HAMDUâ. Kemudian beliau berdiri dan membaca bacaan yang panjang lebih pendek dari bacaan yang pertama, lalu takbir dan rukuâ yang lama lebih pendek dari rukuâ yang pertama, kemudian mengucapkan, âSAMIâ ALLAAHU LIMAN HAMIDAH, ROBBANAA WA LAKA AL HAMDUâ. Kemudian sujud. Lalu beliau mengerjakan yang seperti itu pada rakaat yang kedua hingga sempurna empat rukuâ dan empat sujud. Dan matahari kembali terlihat sebelum beliau selesaiâ (Muttafaqun âAlaih)
Dan disunnahkan untuk shalat dengan berjamaâah berdasar perbuatan Nabi Sholallahu âAlaihi Wasallam. Dan Boleh untuk mengerjakan sendiri-sendiri, tetapi mengerjakannya dengan berjamaâah lebih utama.
Disunnahkan bagi imam untuk memberikan nasehat kepada manusia setelah shalat gerhana, mengingatkan mereka dari kelalaian dan kelengahan serta memerintahkan mereka untuk memperbanyak doa dan istighfar.
Dalam Ash Shahih dari Aisyah Radhiyallahu âAnha (artinya),
âBahwa Nabi Sholallahu âAlaihi Wasallam telah selesai shalat dan matahari telah nampak, lalu beliau berkhutbah di hadapan manusia, memuji Allah dan memuja-Nya, dan bersabda,
âSesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah, keduanya tidak terkena gerhana karena kematian atau kehidupan seseorang, jika kalian melihat yang demikian itu, maka berdoâalah kepada Allah, bertakbir, mengerjakan shalat, dan bershadaqahlahâŠâ.â
Apabila shalat sudah selesai sebelum gerhana hilang, hendaknya mengingat dan berdoâa kepada Allah hingga gerhana tersebut hilang, dan tidak perlu mengulang shalat, seharusnya menyempurnakan shalat dan tidak menghentikannya; berdasar firman Allah,
âDan janganlah kamu merusakkan amal-amalmuâ (Muhammad:33)
Maka shalat dilakukan pada waktu terjadinya gerhana berdasar sabda beliau, âhingga gerhana itu hilangâ, dan sabda beliau, âHingga dihilangkan apa yang menimpa kalianâ.
Syaikh Al Islam Ibnu Taimiyyah berkata,
âGerhana terkadang lama waktunya dan terkadang pendek, tergantung gerhananya. Terkadang tertutup semuanya (gerhana total), terkadang separuh atau sepertiganya. Jika yang tertutup besar; hendaknya memanjangkan shalat hingga membaca Al Baqarah dan yang semisalnya pada rakaâat pertama dan setelah rukuâ yang kedua hendaknya membaca yang lebih pendek. Telah datang hadits-hadits shahih dari Nabi Sholallahu âAlaihi Wasallam tentang apa yang kami sebutkan. Dan disyariatkan untuk mempercepat shalat jika telah hilang sebabnya.
Begitu pula jika mengetahui bahwa gerhana tersebut tidak lama. Dan apabila gerhana tersebut menipis sebelum shalat, maka supaya memulai shalat dan memendekkannya, itulah pendapat jumhur Ahli Ilmu; karena shalat tersebut disyariatkan berdasarkanâillah (sebab), dan âillah itu telah hilang. Jika gerhana itu hilang sebelum shalat; maka tidak perlu shalatâŠ.â
Sumber :
http://aladiw.us/tuntunan-dan-cara-sholat-gerhana/
http://langitselatan.com/2011/12/05/gerhana-bulan-total-terakhir-di-tahun-2011/
0 comments:
Posting Komentar