Senin, 30 Januari 2012

Kisah Seorang Anak dan Uang 10.000



Seorang anak diberi uang sepuluh ribuan kemudian disuruh untuk merobeknya. Dengan polos dan lugu, iapun menyobeknya, karena tidak tahu nilai dan harga uang itu. Kemudian ayah anak tadi menyuruh anak tersebut untuk berdagang es bon-bon dengan perjanjian sebagai berikut: "Jika engkau mendapatkan uang dari hasil penjualan es tersebut silakan ambil uangnya untukmu!"

Singkat cerita anak tadi pergi berdagang es keliling kampung. Keringat bercucuran di sekujur tubuhnya. Ia berjualan es dari pagi hingga sore hari. Alkisah semua es nya laris terjual. Setelah masuk sore hari ia pun menemui ayahnya, dan dengan penuh kebanggan memperlihatkan uang sepuluh ribuan hasil penjualan es  tersebut. Si ayah menyuruh anak tadi untuk menyobek uang itu. Secara spontan anak itu menolak dan bahkan marah kepada si ayah. Mengapa demikian ?

Agama itu butuh pengorbanan. Dengan pengorbanan maka seseorang merasa memiliki dan mencintai agama. Karena uang pertama yang didapat anak tadi adalah pemberian ayahnya yang didapatkan anak tersebut tanpa usaha (pengorbanan) maka ketika disobek pun si anak tidak marah. Tetapi ketika uang itu didapat dari hasil pengorbanan, susah payah  dan keringat anak tadi menjual es bon-bon, maka ketika ada yang merobeknya anak tersebut  menjadi  marah.
    
Hari ini agama islam yang dianut pada ummat pada umumnya adalah islam warisan orang tua (nenek moyang) mereka. Sehingga karena didapatkan gratis tanpa pengorbanan sewaktu agama sedang diganggu oleh kekuatan kafir yang mungkar dan zhalim, ummat islam tenang-tenang saja. Ketika masyarakat islam berganti wajah dan baju mengikuti yahudi dan nasrani pun ummat islam diam saja. Seandainya proses mendapatkan dienul islam ini diperoleh dengan pengorbanan diri dan harta, melalui perjuangan lahir batin, dan susah payah hingga merelakan nyawa, maka kemuliaan dan kewibawaan islam akan terjaga. Sekali waktu ada yang mencoba mengusik agama apalagi bermaksud mengganggunya maka spontan ummat islam akan bergerak membela.

Begitulah, seperti perkataan seorang guru saya, “kamu yang mendapatkan islam dari orang tua (warisan) sudah seharusnya melakukan pengorbanan yang lebih untuk islam. Karena pada dasarnya kamu diberi ‘bonus’ oleh Allah. Kamu tidak perlu susah mencari agama islam. Lain lagi dengan muallaf, menjadi islam adalah perjuangan sendiri buat mereka, makanya seringkali mereka lebih bisa menjaga keislamannya, bahkan lebih islami dari orang yang mendapat islam dari lahir. Mereka berjuang, mereka berkorban. Tidak malu kah kau –yang islamnya warisan-- kalau hanya sekedar menerima ‘bonus’ dari Allah sedangkan mereka berjuang untuk itu?”

Allah mungkin tidak meminta kita berkorban nyawa untuk berjihad dalam perang saat ini. Allah hanya meminta waktumu, di sela kesibukanmu, untuk mengingat-Nya. Allah hanya meminta sedikit tenagamu, disela pekerjaan lain, untuk berusaha dijalan-Nya. Allah hanya meminta pengertianmu --dan tentu saja cintamu-- , untuk saling mengingatkan, untuk saling menjaga, untuk sedikit bersabar dijalan-Nya. Sulitkah? 
Tidak, kalau kau tahu seberapa besar cinta Allah padamu. ^^


Sumber : dari buku tamsil (perumpamaan) ~Neody~ 

0 comments:

Posting Komentar